Tuesday, August 11, 2009

Kenapa Shalat Harus Menghadap Ka'bah?

Mungkin selama ini kita selalu bertanya setiap kali kita melakukan ibadah sekaligus rukun Islam nomor dua yaitu shalat kita selalu menghadap kiblat, atau dalam hal ini Ka'bah. Nah mengapakah sebenarnya harus menghadap Ka'bah?

Hal ini sebenarnya merupakan sejarah yang paling tua di dunia. Bahkan jauh sebelum manusia diciptakan di bumi, Allah swt telah mengutus para malaikat turun ke bumi dan membangun rumah pertama tempat ibadah manusia. Ini sudah dituturukan dalam Al-Quran: Sesungguhnya rumah yang mula-mula dibangun untuk manusia, ialah Baitullah yang di Bakkah (Mekkah) yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi semua manusia . (QS. Ali Imran : 96).

Konon di zaman Nabi Nuh as, ka’bah ini pernah tenggelam dan runtuh bangunannya hingga datang masa Nabi Ibrahim as bersama anak dan istrinya ke lembah gersang tanpa air yang ternyata disitulah pondasi Ka’bah dan bangunannya pernah berdiri. Lalu Allah swt memerintahkan keduanya untuk mendirikan kembali ka’bah di atas bekas pondasinya dahulu. Dan dijadikan Ka’bah itu sebagai tempat ibadah bapak tiga agama dunia. Dan ketika Kami menjadikan rumah itu (ka’bah) tempat berkumpul bagi manusia dan tempat yang aman. Dan jadikanlah sebahagian maqam Ibrahim tempat shalat. Dan telah Kami perintahkan kepada Ibrahim dan Ismail: "Bersihkanlah rumah-Ku untuk orang-orang yang thawaf, yang i'tikaf, yang ruku' dan yang sujud". (QS. ). Dan berserulah kepada manusia untuk mengerjakan haji, niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki, dan mengendarai unta yang kurus yang datang dari segenap penjuru yang jauh, (QS. Al-Hajj : 27).

Di masa Nabi Muhammad, awalnya perintah shalat itu ke baitul Maqdis di Palestina. Namun Rasulullah saw berusaha untuk tetap shalat menghadap ke Ka’bah. Caranya adalah dengan mengambil posisi di sebelah selatan Ka’bah. Dengan mengahadap ke utara, maka selain menghadap Baitul Maqdis di Palestina, beliau juga tetap menghadap Ka’bah.

Namun ketika beliau dan para shahabat hijrah ke Madinah, maka menghadap ke dua tempat yang berlawanan arah menjadi mustahil. Dan Rasulullah saw sering menengadahkan wajahnya ke langit berharap turunnya wahyu untuk menghadapkan shalat ke Ka’bah. Hingga turunlah ayat berikut :

Sungguh Kami melihat mukamu menengadah ke langit , maka sungguh Kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram. Dan dimana saja kamu berada, palingkanlah mukamu ke arahnya. Dan sesungguhnya orang-orang yang diberi Al Kitab memang mengetahui, bahwa berpaling ke Masjidil Haram itu adalah benar dari Tuhannya; dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang mereka kerjakan. (QS. Al-Baqarah : 144).

Jadi di dalam urusan menghadap Ka’bah, umat Islam punya latar belakang sejarah yang panjang. Ka’bah merupakan bangunan yang pertama kali didirikan di atas bumi untuk dijadikan tempat ibadah manusia pertama. Dan Allah swt telah menetapkan bahwa shalatnya seorang muslim harus menghadap ke Ka’bah sebagai bagian dari aturan baku dalam shalat. (sa/berbagaisumber)

Baca Selengkapnya!

Selamat Datang Ramadhan Mubarak

Anwar Alawlaki

Ramadhan adalah bulan dedikasi untuk Al Quran. Semoga kita semua bisa berhubungan dengan kebaikan sepanjang bulan suci ini.
Ramadhan Mubarak untuk kita semua. Kami memohon kepada Allah swt agar senantiasa membimbing kita melakukan perbuatan baik, dan berkenan menerima ibadah shaum dan doa kita.

Ramadhan adalah bulan Al Quran dan kebaikan. Ibnu Abbas mengatakan, “Saya tidak pernah melihat orang yang lebih baik lagi daripada Rasulullah, dan dia adalah orang yang paling murah hati ketika Jibril membacakan Quran dengannya.”

Imam Malik biasanya menutup semua buku hadis dan fiqihnya pada bulan Ramadhan dan mendedikasikan waktunya untuk Al Quran sepanjang bulan ini.

Allah swt berfirman bahwa Ramadhan adalah bulan di mana Al Quran diturunkan. Jadi, pembukaan Quran dimulai pada bulan Ramadhan.

Maka, saudara-saudariku, kita harus fokus pada Al Quran selama bulan suci ini. Janganlah kita pernah lupa bahwa Ramadhan adalah bulan di mana banyak peperangan besar terjadi, seperti perang yang biasa saja, perang Badar, dan juga penaklukan kota Mekkah yang terjadi pada bulan ini. Juga ada peperangan besar yang menyelematkan bangsa Muslim dari invasi bangsa Mongol, yaitu pada perang Ayn Jalut.

Jadi jangan pernah juga kita melupakan bahwa saudara-sudara kita berjuang bersama kita, hendaknya untuk mereka itu kita senantiasa berdoa dan mengirimkan dukungan.

Kita harus bersyukur bahwa kita masih diberi kesempatan untuk berbuka shaum bersama keluarga kita, sementara ribuan saudara kita di penjara dan hanya Allah yang tahu kondisi mereka. Mereka adalah ribuan keluarga yang terpisahkan dari keluarga terkasihnya. Mari kita doakan mereka sepanjang Ramadhan ini.

Ya Allah, bebaskanlah saudara-saudara Muslim kami dari penjara para tiran, dan berkahilah mereka dengan rahmatmu. Ya Allah, terima lah perbuatan baik kami dan maafkanlah kesalahan-kesalahan kami selama ini. Amiin.

sumber www.eramuslim.com

Baca Selengkapnya!

Renungan Indah

W.S. Rendra


Seringkali aku berkata,
Ketika semua orang memuji milikku
Bahwa sesungguhnya ini

hanyalah titipan

Bahwa mobilku hanyalah titipan-Nya
Bahwa rumahku hanyalah titipan-Nya
Bahwa hartaku hanyalah titipan-Nya
Bahwa putraku hanyalah titipan-Nya

Tetapi, mengapa aku tak pernah bertanya : mengapa Dia menitipkan padaku ???
Untuk apa Dia menitipkan ini padaku ???
Dan kalau bukan milikku, apa yang harus kulakukan untuk milik-Nya itu ???
Adakah aku memiliki hak atas sesuatu yang bukan milikku ?

Mengapa hatiku justru terasa berat, ketika titipan itu diminta kembali oleh-Nya ?
Ketika diminta kembali, kusebut itu sebagai musibah
Kusebut itu sebagai ujian, kusebut itu sebagai petaka
Kusebut itu sebagai panggilan apa saja untuk melukiskan kalau itu adalah derita
Ketika aku berdoa, kuminta titipan yang cocok dengan hawa nafsuku
Aku ingin lebih banyak harta, ingin lebih banyak mobil,
lebih banyak popularitas, dan
kutolak sakit, kutolak kemiskinan, seolah semua
"derita" adalah hukum bagiku
Seolah keadilan dan kasih-Nya harus berjalan seperti matematika :
aku rajin beribadah, maka selayaknyalah derita menjauh
dariku, dan nikmat dunia kerap menghampiriku.
Kuperlakukan Dia seolah mitra dagang, dan bukan kekasih
Kuminta Dia membalas "perlakuan baikku", dan menolak keputusan-Nya yang tak sesuai keinginanku
Gusti, padahal tiap hari kuucapkan, hidup dan matiku hanya untuk beribadah.
"Ketika langit dan bumi bersatu, bencana dan keberuntungan sama saja".....


Semoga bermanfaat.. !!!

Baca Selengkapnya!